Beranda | Artikel
Iman Kepada Rasul Mengandung Empat Unsur
Sabtu, 11 Juli 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas

Iman Kepada Rasul Mengandung Empat Unsur adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas pada Sabtu, 20 Dzulqa’idah 1441 H / 11 Juli 2020 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Iman Kepada Rasul Mengandung Empat Unsur

Ketika membahas tentang iman kepada Rasul-Rasul Allah, saya bawakan penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah dalam Majmu Fatawa di juz yang ke-19 tentang قاعدةٌ نافعةٌ في وجوب الاعتصام بالرسالة “Kaidah-kaidah yang bermanfaat tentang wajibnya kita berpegang kepada risalah”. Dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah bahwa kebutuhan manusia kepada risalah lebih daripada makan dan minum, lebih daripada air, lebih daripada matahari. Hal ini karena dia harus tahu tentang bagaimana dia beribadah kepada Allah, bagaimana dia melaksanakan kehidupan ini sehingga itu akan membawa dia kepada kebahagiaan yang abadi, yang bisa menjelaskan itu adalah para Rasul yang utus ke muka bumi ini agar menyampaikan kepada manusia bagaimana manusia ini beragama, bagaimana beribadah kepada Allah, bagaimana mentauhidkan Allah, menjauhkan segala macam perbuatan syirik dan yang lainnya.

Jadi, manusia sangat butuh dengan adanya risalah kenabian, makanya Allah utus Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul yang banyak sekali. Yang pada kesempatan kali ini kita akan bahas tentang “iman kepada Rasul mengandung empat unsur.”

Iman Kepada Rasul Mengandung Empat Unsur

Pertama, mengimani bahwasannya risalah mereka adalah benar-benar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Artinya mengimani bahwa risalah yang mereka bawa ini benar dari Allah. Barangsiapa yang mengingkari risalah mereka walaupun hanya seorang dari mereka, maka sungguh dia telah mengingkari semua Rasul. Allah berfirman:

كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ ﴿١٠٥﴾

Kaum Nuh telah mendustakan para Rasul.” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 105)

Padahal yang didustakan oleh kaumnya Nabi Nuh hanya satu, yaitu Nabi Nuh. Tapi di ayat ini Allah menyebutkan bahwa kaum Nuh telah mendustakan para Rasul. Jadi ketika dia mendustakan seorang Nabi/Rasul, berarti dia mendustakan semuanya.

Oleh karena itu umat Nasrani yang mendustakan dan tidak mau mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, berarti mereka juga telah mendustakan dan tidak mengikuti Nabi Isa Al-Masih bin Maryam. Karena Nabi Isa sendiri pernah menyampaikan kabar gembira dengan kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ke alam semesta ini sebagai rahmat bagi semesta alam.

Kata “menyampaikan kabar gembira” mengandung makna bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah seorang Rasul yang diutus Allah ‘Azza wa Jalla, yang akan menyelamatkan mereka dari kesesatan dan memberi petunjuk kepada mereka menuju jalan yang lurus.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّـهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَاءَهُم بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَـٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ ﴿٦﴾

Dan ingatlah tatkala Isa bin Maryam berkata: ‘Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah Rasul yang diutusan kepada kalian, membenarkan apa yang di hadapanku dari Taurat dan sebagai pemberi kabar gembira dengan  Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)’. Dan tatkala datang kepada mereka dengan membawa keterangan, mereka berkata: ‘Ini adalah sihir yang nyata’.” (QS. Ash-Shaff[61]: 6)

Nabi Isa ‘Alaihis Salam mengabarkan bahwa nanti akan ada seorang Rasul yang bernama Ahmad. Dan diantara nama Nabi Muhammad adalah Ahmad. Tapi kemudian mereka mendustakan. Hal ini menunjukkan bahwa namanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah tercatat di dalam kitab Taurat, Injil dan yang lainnya. Ketika seseorang mendustakan seorang Rasul, berarti dia mendustakan semua Rasul.

Jadi kalau ada orang Nasrani atau orang Yahudi yang mendustakan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, berarti dia mendustakan Nabinya sendiri, yaitu Nabi Isa dan juga Nabi Musa.

Kedua, mengimani nama-nama Rasul yang sudah kita kenal, yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih. Jumlah Nabi dan Rasul banyak sekali. Menurut riwayat bahwa jumlah Nabi ada 124.000 Nabi dan jumlah Rasul ada 315. Hal ini berdasarkan riwayat shahih lighairihi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Sahabat Abu Dzar, dan juga diriwayatkan oleh Imam Hakim dari sahabat Abu Umamah. Hanya saja terdapat sedikit perbedaan tentang jumlah Rasul. Pada sebagian riwayat disebutkan 313, dan pada riwayat yang lain disebutkan 315. Penjelasan ini bisa dilihat dalam Zaadul Ma’aad fii Hadyi Khairil ‘Ibaad juz I dan Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah juz VI.

Allah menyebutkan tentang para Nabi dan Rasul di dalam Al-Qur-an ada 25 Rasul, yaitu Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Syu’aib, Ayyub, Dzulkifli, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya, Yahya, ‘Isa dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Allah menyebutkan dalam surat Ali ‘Imran: 33; Hud: 50, 61, 84; al-Anbiyaa’: 85; al-An’aam: 83-86 dan al-Fath: 29. Dalam surat dan ayat-ayat inilah disebutkan tentang nama-nama Rasul yang diutus oleh Allah.

Di antara para Nabi yang juga disebutkan di dalam As-Sunnah, yaitu Nabi Syiit dan Yuusya’ bin Nun. Sedangkan yang diikhtilafkan ulama, apakah ia Nabi ataukah hamba yang shalih, adalah Khidhir, Dzulqarnain dan Luqman, wallaahu a’lam. Tentang Nabi Khidir disebutkan dalam surat Al-Kahfi, Dzulqarnain disebutkan juga dalam surat Al-Kahfi. Adapun Luqman, dia adalah seorang hakim dan hamba yang shalih.

Tentang Dzulqarnain, beliau bukan seorang Nabi, tapi seroang hamba yang shalih. Bahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا أَدْرِي أَتُبَّعٌ أَنَبِيّاً كانَ أَمْ لاَ ، وَمَا أَدْرِي ذَا الْقَرْنَيْنِ أَنَبِيّاً كانَ أَمْ لاَ

“Aku tidak tahu, apakah Tubba’ itu seorang Nabi atau bukan. Dan aku juga tidak tahu, apakah Dzulqarnain itu seorang Nabi atau bukan.” (HR. Hakim dan Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Jami’ Ash-Shaghir)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keutamaan sebagian Rasul atas sebagian yang lainnya. Hal ini Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an:

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ…

Rasul-Rasul itu Kami lebihkan sebagiannya atas sebagian yang lainnya.” (QS. Al-Baqarah[2]: 253)

Rasul dan Nabi yang paling utama ada lima, yakni yang disebut sebagai Ulul ‘Azmi; Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Ibrahim, Musa, ‘Isa, dan Nuh ‘Alaihimush Shalatu was Salam.

Ketiga, membenarkan berita-berita mereka yang shahih riwayatnya.

Keempat, mengamalkan syari’at Rasul yang diutus kepada kita.

Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48758-iman-kepada-rasul-mengandung-empat-unsur/